Selain adat istiadat Melayu yang dipertontonkan, keunikan pernikahan ini juga terletak pada lokasinya yang sarat makna historis, yaitu di situs bersejarah Kerajaan Islam Rang Kayo Hitam, leluhur masyarakat Jambi.
Pernikahan ini dihadiri oleh tokoh penting seperti Panglima Anjali, yang juga Ketua MPW Pemuda Pancasila Provinsi Jambi, menegaskan pentingnya nilai-nilai sejarah dan budaya. Panglima Adri, dalam balutan teluk belango yang gagah, mengungkapkan apresiasinya terhadap upaya Gubernur Al Haris dalam menghidupkan kembali tradisi budaya Melayu Jambi melalui pernikahan ini.
Menurut Panglima Adri, inisiatif seperti ini baru muncul di masa pemerintahan Gubernur Al Haris, yang menyajikan momen spektakuler dalam aspek sosial dan budaya masyarakat Melayu Jambi. Pernikahan ini, sebagaimana diibaratkan, seperti pernikahan putri raja di istana, sejalan dengan nilai-nilai adat dan kearifan lokal yang dijunjung tinggi.
Lokasi Masjid Agung Al-Falah, sebagai situs bersejarah yang dahulu menjadi pusat Kerajaan Jambi dan tempat dianggap sebagai tempat kediaman angso duo, memiliki makna simbolis yang mendalam. Pernikahan ini tidak hanya tentang penyatuan dua individu, tetapi juga merupakan penghormatan terhadap sejarah dan budaya Melayu Jambi, serta merupakan upaya memperbaharui kejayaan masa lampau sambil membawa harapan untuk masa depan yang lebih cerah.